Satreskrim Polrestabes Surabaya Tangkap Sindikat Joki SBMTN, Raup Rp6 Miliar Setahun, Modus Terkuak



 BATAMRAMAH.COM, Satreskrim Polrestabes Surabaya menangkap sindikat joki Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau disingkat SBMPTN 


Terbongkarnya kejahatan sindikat joki SBMPTN ikut mengungkap sejumlah fakta, mulai dari hasil yang didapatkan joki SBMPTN hingga modus mereka dalam melakukan kejahatannya.


Terungkap jika dari aksinya, sindikat joki SBMPTN itu mampu meraup hingga Rp 6 miliar di tahun 2021.


Penangkapan terhadap mereka berawal, Jum'at 20 Mei 2022 di universitas di Surabaya.


Awalnya, polisi mendapat laporan adanya peserta Ujian UTBK SBM PTN yang membawa peralatan perekam, mikrofon, dan HP yang diduga digunakan dalam praktek Joki.


Modusnya dengan menggantikan peserta yang telah memakai jasa mereka dengan joki pada saat ujian.


Joki tersebut akan mengerjakan ujian menggantikan peserta.


Delapan orang telah ditetapkan sebagai tersangka, satu di antaranya seorang wanita.


Tersangka masing-masing adalah MJ (40),asal Surabaya, RHB (23) asal Surabaya, MSN (34) asal Surabaya, ASP (38) asal Surabaya, MBBS, (29) asal Surabaya, IB (31) asal Surabaya, MSME (26) asal Sulawesi dan seorang perempuan berinisial RF (20) asal Kalimantan.


Mereka ditangkap polisi karena melanggar atau mentransfer informasi elektronik dan atau dokumen elektronik kepada system elektronik orang lain yang tidak berhak, dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) Sub. Pasal 48 ayat (2) UU No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. 55 KUHP.


Raup miliaran rupiah


Sementara itu, tarif atau biaya yang dibutuhkan oleh para orang tua atau peserta sangat tergantung pada universitas dan jurusan yang di tuju diantara Rp. 100.000.000,- hingga Rp. 400.000.000, perjokian.


Mereka melancarkan aksi joki sudah berjalan cukup lama, dan berdasarkan keterangan tersangka tahun 2020 dapat meluluskan peserta sebanyak 41 orang dengan pendapatan sebesar 2,5 milyar.


Pada tahun 2021, sebanyak 69 orang berbagai jurusan dan berbagai universitas dengan pendapatan hingga sebesar 6 milyar.


Gunakan peralatan canggih


Sindikat ini memiliki tim khusus dan menggunakan peralatan khusus dalam operasi mereka.


Ada pembuat alat atau perangkai alat, team briefing, team operator dan team master yang bertugas sebagai pencari data soal.


Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan mengatakan, adapun tugas pembuat alat atau perangkai alat adalah merangkai kabel di baju yang digunakan peserta, merangkai camera di kancing lengan baju para peserta hingga perangkat komunikasi microfon yang di pasang di telinga peserta maupun modem yang dipasang di kaki para peserta.


Hal itu dilakukan dengan hati-hati dan rapi agar tak terpergok oleh pengawas ujian.


Adapula team briefing yang memberikan arahan kepada para peserta tentang penggunaan alat yang digunakan serta memasang perangkat di hotel yang disiapkan sebelum berangkat ke lokasi ujian.


"Sementara, tugas operator adalah menscreenshot soal yang diperlihatkan oleh camera yang dibawa oleh peserta, kemudian diserahkan ke Master untuk dikerjakan melalui aplikasi Whizaz, dan setelah di jawab di beritahukan jawabannya ke para peserta ujian dengan melalui microfon yang di pakai peserta," jelas Yusep, Jumat (15/7/2022).


Yusep melanjutkan, para pelaku yang menjadi Tim Master yakni mengerjakan soal ujian yang soalnya didapat dari bagian operator, dan setelah di jawab di serahkan ke operator kembali melalui aplikasi line untuk selanjutnya oleh operator memberitahu ke para peserta ujian melalui microfon.


Sindikat ini menerima titipan peserta ujian SBMPTN, baik melalui broker maupun secara langsung.


Setelah sepakat menggunakan jasa, para peserta kemudian dicatat oleh bagian admin tentang nomor ujian dan jadwal ujian, jurusan yang diambil serta universitas yang di inginkan.


Bagi yang akan mengikuti ujian di luar kota, peserta ujian ditempatkan di hotel yang ditentukan oleh sindikat ini.


Namun jika dalam Kota Surabaya, para peserta diminta datang ke basecamp atau rumah yang mereka sewa untuk mendapat arahan sebelum ujian dilaksanakan.


"Saat peserta dibriefing, dijelaskan penggunaan alat-alatnya serta melakukan pemasangan perangkat ditubuh peserta, disaat peserta mengikuti ujian langsung melakukan perannya memastikan camera di tangannya dapat memotret soal untuk di screenshot oleh para operator," tambah Yusep.


Sumber: TribunBatam 

Lebih baru Lebih lama