Batamramah.com, Batam – Di balik dinding Sekolah Islam Hangtuah, tersimpan kisah dedikasi luar biasa dari Drs. Satimin, seorang guru yang telah mengabdi tanpa lelah selama 28 tahun. Pria berusia 59 tahun ini, yang berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah, datang ke Batam pada tahun 1996 dan mulai mengajar pada tahun 1997 dengan gaji pertama yang hanya Rp150 ribu.
Sambil tersenyum sumringah, Pak Satimin mengenang perjalanannya, memancarkan rasa haru yang mendalam atas karir panjangnya sebagai pendidik.
Perjuangan dan Adaptasi Dua Generasi
Sebagai guru dua orang putra, Pak Satimin merasakan betul perbedaan mendasar dalam mendidik siswa dari dua era.
Ia mengakui, mengajar siswa di masa kini menuntut adaptasi yang lebih besar dibandingkan masa lampau.
"Perbedaan zaman membuat karakter anak-anak berbeda. Dahulu, anak-anak masih pada nurut dan mudah diatur," kenangnya.
Namun, ia bijaksana menyimpulkan bahwa sejatinya semua anak itu sama, hanya cara menghadapi tantangan kenakalan yang berbeda. Di bidang pengajaran, Pak Satimin adalah saksi hidup perubahan kurikulum.
“Guru juga harus mengikuti perkembangan zaman, jangan sampai ketinggalan,” tegas Pak Satimin.
Momen Paling Haru: Prank Penuh Kasih di Hari Guru
Dalam 28 tahun karirnya, momen paling berkesan dan mengharukan bagi Pak Satimin justru datang dari kenakalan siswanya. Ia mengingat saat beberapa tahun lalu, ia "di-prank" atau dikerjai oleh anak-anak didiknya.
"Waktu Hari Guru, mereka pura-pura berkelahi di depan saya. Saya sempat panik, tapi ternyata itu hanya akal-akalan mereka untuk memberi kejutan," ujarnya, mengenang momen ketegangan yang berakhir manis dan penuh kasih sayang.
Momen itu membuktikan betapa besar cinta dan ikatan yang telah terjalin antara guru dan muridnya.
Dedikasi dan kesabaran Pak Satimin tak luput dari perhatian murid-muridnya. Afifah, salah satu muridnya, memberikan kesaksian dengan senyum.
“Pak Satimin sabar saat menjelaskan pelajaran kepada anak-anak. Saya ga pernah lihat bapak Satimin marah," tutur Afifah.
Kesabaran ini menjadi cerminan nyata dari filosofi mengajar beliau selama hampir tiga dekade.
Pesan Penuh Makna Menuju Indonesia Emas
Menutup refleksinya di Hari Guru, Pak Satimin menyampaikan pesan penuh makna kepada para guru muda:
"Teruslah berjuang menjaga dan memberikan pengajaran untuk anak-anak bangsa. Apalagi nantinya kita akan menuju Indonesia Emas pada tahun 2045."
Nasihat tersebut menjadi pengingat bahwa tugas seorang guru bukan hanya tentang mengajar, tetapi tentang membentuk karakter generasi yang akan memimpin masa depan. Inilah sebuah warisan abadi yang telah diperjuangkan oleh Drs. Satimin sejak ia pertama kali menginjakkan kaki di Batam.

