Batamramah.com, Partai Golkar memastikan akan mengusung Airlangga Hartanto sebagai calon presiden (Capres) Pemilu 2024. Sementara itu, saat ditanya soal duet Airlangga dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, Ketua Bappilu DPP Partai Golkar Zainudin Amali tidak menjawab secara tegas.
"Saya sampaikan sekali lagi supaya, keputusan Munas Golkar mencalonkan Ketum Pak Airlangga Hartarto sebagai capres dari Partai Golkar. Kemudian diperkuat Rapimnas 2021," kata Zainudin Amali usai menghadiri konsolidasi DPD Partai Golkar Jawa Tengah untuk pemenangan Pemilu 2024 di Hotel Alana, Karanganyar, Minggu (28/11/2021).
Dia juga menyiratkan bahwa Partai Golkar sudah menutup peluang menerima jika partainya mendapatkan kursi sebagai calon wakil presiden. "Golkar akan konsisten dengan keputusan Munas 2019 dan Rapimnas 2021," ucapnya.
"Seperti diketahui Partai Golkar sudah punya calon presiden (Airlangga Hartarto) itu keputusan Munas 2019 dan diperkuat Rapimnas 2021," lanjut Amali.
Dengan keputusan yang disebut final tersebut, Zainudin Amali meminta agar kepada seluruh pengurus di provinsi maupun di daerah menyosialisasikannya di daerahnya masing-masing.
"Sehingga tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari masyarakat," ungkapnya.
"Kita sudah berkomunikasi dengan berbagai pihak, kita berkomunikasi dengan semua partai," pungkas Amali.
Diberitakan sebelumnya, simulasi koalisi untuk Pilpres 2024 mulai bermunculan. Belakangan muncul simulasi koalisi Partai Golkar, NasDem, dan Partai Demokrat (PD). Koalisi ini disebut memiliki peluang besar mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto.
Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, menilai kemungkinan Demokrat berkoalisi dengan Golkar dan NasDem cukup terbuka. Sedangkan untuk pasangan Ganjar-Airlangga, Saidiman melihat cukup ideal.
"Iya itu salah satu pasangan yang cukup ideal. Pak Ganjar itu populer, dikenal dan sekarang ini suaranya tertinggi paling potensial untuk terpilih dan dia butuh seorang wakil yang teknokratis, dan saya kira Pak Airlangga itu memenuhi itu," kata Saidiman Ahmad kepada wartawan, Kamis (25/11).
Menurut Saidiman, Airlangga juga memiliki poin tambahan yang sangat penting, yaitu seorang pemimpin partai politik yang besar. Dia juga menilai Airlangga mampu membuat kader Golkar menjadi sangat solid.
"Dia menyelesaikan friksi-friksi yang ada di dalam tubuh Golkar, dan itu prestasi yang luar biasa. Jadi, dia memiliki dua hal yang penting kalau dia sebagai wakil. Yang pertama itu, dia bisa mengisi aspek teknokratis dari kepemimpinan nasional nanti. Kemudian yang kedua, punya dukungan politik yang kuat," papar dia.
Untuk simulasi koalisinya, menurut Saidiman, Golkar, NasDem, dan Demokrat memiliki historis yang baik dan para pimpinannya memiliki kedekatan emosional. Contohnya, Surya Paloh yang pernah menjabat Ketua Dewan Penasihat Golkar.
Termasuk, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saidiman menyebut SBY juga memiliki kedekatan ideologis dengan orang-orang Golkar.
"Poros alternatif yang dasarnya secara ideologis itu katakanlah poros kuning, yang menyebutnya itu boleh jadi karena Demokrat, Pak SBY juga punya kedekatan ideologis dengan orang-orang Golkar pada dasarnya," sebutnya.
Saidiman menilai Demokrat bakal legawa mengusung Ganjar dan Airlangga. Demokrat, kata dia, memiliki kepentingan yang lebih sakral ketimbang memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju sebagai capres atau cawapres.
"Itu sama saja pada 2009 ketika Demokrat menjadi partai nomor 1. Ketika itu dan salah satu cara mengembalikan kejayaan itu adalah dengan menemukan figur yang populer di publik," papar Saidiman.
"Dulu Demokrat ini muncul sebagai semacam kuda hitam dalam pemilihan legislatif, karena sosok Pak SBY yang sangat kuat ketika itu sangat populer. Jadi Pak SBY mendongkrak perolehan legislatif pada Demokrat saat itu," kata dia.
Kembali ke simulasi pasangan Ganjar-Airlangga. Saidiman berpandangan pasangan ini saling melengkapi, terpenting bisa bekerja dengan baik.
"Kalau saya melihat itu pasangan yang cukup ideal yang tadi saya katakan. Satu sisi, kan presiden dan wakil presiden itu bukan cuma membutuhkan menang, tapi juga nanti kalau menang mereka bisa bekerja dengan baik dan karena itu sosok pendamping teknokratis itu dibutuhkan," pungkasnya.
(dekkk)
sumber: detik.com