Batamramah.com, Empat tahun berlalu sejak peletakan batu pertama proyek pengembangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Namun progres pembangunannya masih belum menunjukkan hasil signifikan. Kondisi ini mendorong Badan Pengusahaan (BP) Batam melakukan evaluasi menyeluruh. Evaluasi terhadap proyek terminal 2 bandara yang sempat viral menjadi pintu gerbang udara modern kawasan barat Indonesia tersebut.
Kepala BP Batam, Dr. H. Amsakar Achmad, menjelaskan bahwa pihaknya saat ini tengah memfokuskan perhatian pada pembenahan sektor pelabuhan sebelum kembali mengakselerasi proyek bandara.
“Saat ini kami fokus dulu pada pembenahan pelabuhan. Setelah itu, kami akan segera masuk ke Bandara Hang Nadim. Saat ini sudah ada tim yang melakukan pendataan terhadap kontrak kerja dan perjanjian-perjanjian yang terkait proyek tersebut,” ujar Amsakar, bersama Wakil Kepala BP Batam, Li Claudia Chandra, Selasa (7/10/2025).
Evaluasi Proyek untuk Dampak Ekonomi yang Nyata
Menurut Amsakar, setiap kebijakan BP Batam harus memberi nilai tambah yang signifikan terhadap pergerakan ekonomi daerah dan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Jika sebuah kebijakan tidak memberikan efek berganda (multiplier effect) terhadap pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditinjau dan diuji ulang.
“Kami akan berdiskusi dengan pihak pengelola Bandara Internasional Batam (BIB) untuk mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya terjadi. Kemungkinan ada faktor lain yang memengaruhi konsorsium pengembang tersebut,” jelas Amsakar.
Ia menegaskan, peninjauan ulang ini bukan sekadar administratif, melainkan bagian dari upaya memastikan proyek besar tersebut benar-benar berkontribusi terhadap perekonomian Batam.
Menggeser Fokus Pendapatan dari UWTO ke Sektor Produktif
Amsakar menuturkan, status Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) seharusnya menjadikan aktivitas ekonomi berbasis lalu lintas barang dan jasa sebagai poros utama pertumbuhan. Karena itu, BP Batam kini mendorong diversifikasi sumber pendapatan, tidak lagi hanya mengandalkan UWTO (Uang Wajib Tahunan Otorita).
“Saya selalu menekankan, tumpuan PNBP Batam harus mulai beralih dari UWTO ke sektor pelayanan seperti pelabuhan laut, air dan limbah, rumah sakit, serta bandara,” kata Amsakar.
Ia juga menegaskan bahwa sepanjang setahun kepemimpinannya bersama Li Claudia Chandra, pembangunan Batam belum memanfaatkan dana APBN, melainkan sepenuhnya mengandalkan PNBP.
Pertumbuhan Positif dan Harapan Baru untuk Batam
Hasilnya, menurut Amsakar, pertumbuhan PNBP Batam menunjukkan tren positif dengan peningkatan sekitar Rp2,16 triliun. Angka ini menunjukkan potensi besar jika sektor pelabuhan dan bandara dapat maksimal.
“Alhamdulillah, hasilnya sudah mulai terlihat. Kalau potensi pendapatan dari pelabuhan dan bandara ini maksimal, saya yakin pembangunan Batam akan lebih dahsyat lagi,” tutup Amsakar optimistis.